PantauNews - PT Pertamina (Persero) telah resmi dipilih menjadi kontraktor yang akan mengelola blok Rokan, di Riau yang merupakan salah satu blok minyak terbesar di Indonesia. Sebagai kontraktor terpilih, Pertamina berkomitmen untuk berinvestasi besar.
Syamsu Alam, Direktur Hulu Pertamina, mengungkapkan investasi besar disiapkan Pertamina untuk kelola blok Rokan.
“20 tahun kedepan itu besar lah, US$ 70-an miliar, angka persisnya lupa. Itu kan baru capexnya saja, opex belum,” kata Syamsu Alam di Jakarta, Selasa (31/7).
Pertamina berencana melakukan pilot projet EOR-nya di Blok Rokan pada 2024. Pertamina juga akan melanjutkan pilot project yang telah dilakukan Chevron sebelumnya.
Syamsu belum mau membeberkan berapa target produksi yang bisa dicapai Pertamina saat mengelola blok Rokan. Fokus utama yang akan dilakukan Pertamina adalah menekan laju penurunan produksi yang pasti akan terjadi pada blok Rokan yang umur sumur-sumur minyaknya sudah tua.
Ketika produksi bisa dikelola dengan baik maka upaya berikutnya baru mengupayakan peluang lain untuk meningkatkan cadangan baru yang belum diproduksikan.
“Jadi yang kami bisa usahakan kalau lapangan tua bagaimana bisa atasi decline tidak semakin tajam. Jadi kalau bicara masalah menaikan itu adalah effort kedua, yang pertama menahan laju produksi. Tantangan pertama kalau sudah decline pasti menahan laju decline,” ungkap Syamsu.
Arcandra Tahar, Wakil Menteri ESDM, subsidi mengungkapkan dalam proposal yang disodorkan, Pertamina berkomitmen untuk melakukan metode EOR di Blok Rokan. Nantinya EOR akan dilakukan sesuai dengan hasil kajian sehingga setiap lapangan akan memiliki split berbeda sesuai dengan EOR yang diajukan, sehingga EOR nanti ada dalam setiap rencana pengembangan lapangan (Plan of Development/PoD).
“Dalam komitmen kerja pasti ada EOR-nya, tapi nanti itu di dalam POD terpisah. Kan intensif masing-masing lapangan juga berbeda,” kata Arcandra.(RI)
Pertamina yang telah diberi amanat pemerintah untuk mengelola Blok Rokan dari 2021 sampai 2041, penawaran dari Chevron jauh di bawah yang ditawarkan Pertamina," kata Arcandra, di Kantor Kementerian ESDM, di Jakarta, Selasa (20/7).
Arcandra melanjutkan, setelah memenangkan Blok Rokan negara mendapat bonus tanda tangan USD 784 juta atau sekitar Rp 11,3 triliun, potensi pendapatan negara dari kegiatan produksi selama 20 tahun sejak 2021 sebesar USD 57 miliar atau Rp 825 triliu dan komitmen kerja pasti USD 500 juta atau Rp 7,2 triliun.
"Tim bekerja mengevaluasi, akhirnya berkesimpulan tiga hal yang membandingkan signatur bonus, komitmen investasi dan pendapatan negara keempat adalah diskresi karena menggunakan gross split Pertamina meminta diskresi 8 persen yang diajukan Pertamina, pemerintah sepakat dengan Pertamina," tandas Arcandra.
setelah diserahkan ke Pertamina mulai 2021, perusahaan tersebut akan berbagi hak partisipasi (Participating Interest/PI) ke Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan porsi 10 persen. "Untuk ke depannya selain diserahkan Pertamina, 10 persennya diserahkan hak partisipasi BUMD yang ditunjuk," tutur Arcandra.
Blok Rokan merupakan produsen minyak terbesar di Indonesia dengan cadangan 500 juta sampai 1,5 miliar barel setara minyak, berdasarkan catatan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) produksi minyak siap jual Rokan selama semester pertama 2018 sebesar 771 ribu barel per hari, porsi produksi Rokan mencapai mencapai 207.148 barel
Syamsu Alam, Direktur Hulu Pertamina, mengungkapkan investasi besar disiapkan Pertamina untuk kelola blok Rokan.
“20 tahun kedepan itu besar lah, US$ 70-an miliar, angka persisnya lupa. Itu kan baru capexnya saja, opex belum,” kata Syamsu Alam di Jakarta, Selasa (31/7).
Pertamina berencana melakukan pilot projet EOR-nya di Blok Rokan pada 2024. Pertamina juga akan melanjutkan pilot project yang telah dilakukan Chevron sebelumnya.
Syamsu belum mau membeberkan berapa target produksi yang bisa dicapai Pertamina saat mengelola blok Rokan. Fokus utama yang akan dilakukan Pertamina adalah menekan laju penurunan produksi yang pasti akan terjadi pada blok Rokan yang umur sumur-sumur minyaknya sudah tua.
Ketika produksi bisa dikelola dengan baik maka upaya berikutnya baru mengupayakan peluang lain untuk meningkatkan cadangan baru yang belum diproduksikan.
“Jadi yang kami bisa usahakan kalau lapangan tua bagaimana bisa atasi decline tidak semakin tajam. Jadi kalau bicara masalah menaikan itu adalah effort kedua, yang pertama menahan laju produksi. Tantangan pertama kalau sudah decline pasti menahan laju decline,” ungkap Syamsu.
Arcandra Tahar, Wakil Menteri ESDM, subsidi mengungkapkan dalam proposal yang disodorkan, Pertamina berkomitmen untuk melakukan metode EOR di Blok Rokan. Nantinya EOR akan dilakukan sesuai dengan hasil kajian sehingga setiap lapangan akan memiliki split berbeda sesuai dengan EOR yang diajukan, sehingga EOR nanti ada dalam setiap rencana pengembangan lapangan (Plan of Development/PoD).
“Dalam komitmen kerja pasti ada EOR-nya, tapi nanti itu di dalam POD terpisah. Kan intensif masing-masing lapangan juga berbeda,” kata Arcandra.(RI)
Pertamina yang telah diberi amanat pemerintah untuk mengelola Blok Rokan dari 2021 sampai 2041, penawaran dari Chevron jauh di bawah yang ditawarkan Pertamina," kata Arcandra, di Kantor Kementerian ESDM, di Jakarta, Selasa (20/7).
Arcandra melanjutkan, setelah memenangkan Blok Rokan negara mendapat bonus tanda tangan USD 784 juta atau sekitar Rp 11,3 triliun, potensi pendapatan negara dari kegiatan produksi selama 20 tahun sejak 2021 sebesar USD 57 miliar atau Rp 825 triliu dan komitmen kerja pasti USD 500 juta atau Rp 7,2 triliun.
"Tim bekerja mengevaluasi, akhirnya berkesimpulan tiga hal yang membandingkan signatur bonus, komitmen investasi dan pendapatan negara keempat adalah diskresi karena menggunakan gross split Pertamina meminta diskresi 8 persen yang diajukan Pertamina, pemerintah sepakat dengan Pertamina," tandas Arcandra.
setelah diserahkan ke Pertamina mulai 2021, perusahaan tersebut akan berbagi hak partisipasi (Participating Interest/PI) ke Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan porsi 10 persen. "Untuk ke depannya selain diserahkan Pertamina, 10 persennya diserahkan hak partisipasi BUMD yang ditunjuk," tutur Arcandra.
Blok Rokan merupakan produsen minyak terbesar di Indonesia dengan cadangan 500 juta sampai 1,5 miliar barel setara minyak, berdasarkan catatan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) produksi minyak siap jual Rokan selama semester pertama 2018 sebesar 771 ribu barel per hari, porsi produksi Rokan mencapai mencapai 207.148 barel